Endah Al-Harin
Senin, 15 Agustus 2016
anatomi jantung
Fungsi anatomi fisiologi kerja jantung adalah merupakan salah satu bukti kebesaran Allah kepada kita manusia. Karena dengan mengenal serta memahami akan cara kerja jantung kardiovaskular dan pembuluh darah yang terdapat pada manusia maka sungguh besar akan nikmat sehat yang Allah karuniakan kepada kita semuanya.
Jantung adalah salah satu organ penting dalam tubuh kita. Fungsi jantung secara umum adalah bekerja sebagai pompa. Fungsi pompa ini adalah kaitannya dengan sistem peredaran tubuh sehingga ketika jantung bekerja untuk dan dalam rangka memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh kita.
Jantung adalah sebuah pompa yang memiliki empat bilik. Dua bilik yang terletak di atas disebut Atrium, dan dua yang di bawah disebut Ventrikel.
Jantung juga dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kanan yang bertugas memompa darah ke paru-paru, dan bagian kiri yang bertugas memompa darah ke seluruh tubuh manusia.
Atrium dan ventrikel masing-masing akan dipisahkan oleh sebuah katup, sedangkan sisi kanan dan kiri jantung akan dipisahkan oleh sebuah sekat yang dinamakan dengan septum.
Katup jantung berfungsi terutama agar darah yang telah terpompa tidak kembali masuk ke dalam lagi.
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri otot. Cara bekerjanya menyerupai otot polos yaitu di luar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom).
Kerja Fungsi jantung adalah mengatur distribusi darah ke seluruh bagian tubuh. Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, besarnya kurang lebih sebesar kepalan tangan pemiliknya. Bagian atasnya tumpul (pangkal jantung) dan disebut juga basis kordis. Di sebelah bawah agak runcing yang disebut apeks kordis.
Letak jantung di dalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, diatas diafragma, dan pangkalnya terdapat di belakang kiri antara kosta V dan VI dua jari di bawah papilla mamae.
Pada tempat ini teraba adanya denyutan jantung yang disebut iktus kordis. Ukurannya kurang lebih sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram.
Lapisan Jantung
Dinding jantung terutama terdiri dari serat-serat otot jantung yang tersusun secara spiral dan saling berhubungan melalui diskus interkalatus
Lapisan jantung itu sendiri terdiri dari Perikardium, Miokardium, dan Endokardium. Berikut ini penjelasan ketiga lapisan jantung yaitu
Perikardium (Epikardium)
Epi berarti “di atas”, cardia berarti “jantung”, yang mana bagian ini adalah suatu membran tipis di bagian luar yang membungkus jantung. Terdiri dari dua lapisan :
Myo berarti "otot", merupakan lapisan tengah yang terdiri dari otot jantung, membentuk sebagian besar dinding jantung. Serat-serat otot ini tersusun secara spiral dan melingkari jantung. Lapisan otot ini yang akan menerima darah dari arteri koroner.
Endokardium
Endo berarti "di dalam", adalah lapisan tipis endothelium, suatu jaringan epitel unik yang melapisi bagian dalam seluruh sistem sirkulasi peredaran darah
Ruang-Ruang Jantung
Berbicara mengenai anatomi jantung maka organ jantung terdiri atas 4 ruang, yaitu 2 ruang yang berdinding tipis disebut dengan atrium (serambi), dan 2 ruang yang berdinding tebal yang disebut dengan ventrikel (bilik).
Atrium dan ventrikel jantung ini masing-masing akan dipisahkan oleh sebuah katup, sedangkan sisi kanan dan kiri jantung akan dipisahkan oleh sebuah sekat yang dinamakan dengan septum.
Septum atau sekat ini adalah suatu partisi otot kontinue yang mencegah percampuran darah dari kedua sisi jantung.
Pemisahan ini sangat penting karena separuh jantung kanan menerima dan juga memompa darah yang mengandung oksigen rendah sedangkan sisi jantung sebelah kiri adalah berfungsi untuk memompa darah yang mengandung oksigen tinggi.
Jantung terdiri dari beberapa ruang jantung yaitu atrium dan ventrikel yang masing-masing dari ruang jantung tersebut dibagi menjadi dua yaitu atrium kanan kiri, serta ventrikel kiri dan kanan.
Atrium
Berikut fungsi dari masing-masing atrium jantung tersebut yaitu :
Berikut adalah fungsi ventrikel yaitu :
Siklus jantung termasuk dalam bagian dari fisiologi jantung itu sendiri. Jantung ketika bekerja secara berselang-seling berkontraksi untuk mengosongkan isi jantung dan juga berelaksasi dalam rangka mengisi darah kembali. S
iklus jantung terdiri atas periode sistol (kontraksi dan pengosongan isi) dan juga periode diastol (relaksasi dan pengisian jantung).
Atrium dan ventrikel mengalami siklus sistol dan diastol terpisah. Kontraksi terjadi akibat penyebaran eksitasi (mekanisme listrik jantung) ke seluruh jantung. Sedangkan relaksasi timbul setelah repolarisasi atau tahapan relaksasi dari otot jantung.
Peredaran Darah Jantung.
Peredaran jantung itu terdiri dari peredaran darah besar dan juga peredaran darah kecil. Darah yang kembali dari sirkulasi sistemik (dari seluruh tubuh) masuk ke atrium kanan melalui vena besar yang dikenal sebagai vena kava.
Darah yang masuk ke atrium kanan berasal dari jaringan tubuh, telah diambil O2-nya dan ditambahi dengan CO2.
Darah yang miskin akan oksigen tersebut mengalir dari atrium kanan melalui katup ke ventrikel kanan, yang memompanya keluar melalui arteri pulmonalis ke paru. Dengan demikian, sisi kanan jantung memompa darah yang miskin oksigen ke sirkulasi paru.
Di dalam paru, darah akan kehilangan CO2-nya dan menyerap O2 segar sebelum dikembalikan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis.
Darah kaya oksigen yang kembali ke atrium kiri ini kemudian mengalir ke dalam ventrikel kiri, bilik pompa yang memompa atau mendorong darah ke semus sistim tubuh kecuali paru.
Jadi, sisi kiri jantung memompa darah yang kaya akan O2 ke dalam sirkulasi sistemik. Arteri besar yang membawa darah menjauhi ventrikel kiri adalah aorta. Aorta bercabang menjadi arteri besar dan mendarahi berbagai jaringan tubuh.
Katup-Katup Jantung.
Katub jantung ini terdiri dari 4 yaitu :
Katup Trikuspidalis
Katup trikuspidalis berada diantara atrium kanan dan ventrikel kanan. Bila katup ini terbuka, maka darah akan mengalir dari atrium kanan menuju ventrikel kanan. Katup trikuspid berfungsi mencegah kembalinya aliran darah menuju atrium kanan dengan cara menutup pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai dengan namanya, katup trikuspid terdiri dari 3 daun katup.
Katup Pulmonal
Setelah katup trikuspid tertutup, darah akan mengalir dari dalam ventrikel kanan melalui trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis bercabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri yang akan berhubungan dengan jaringan paru kanan dan kiri. Pada pangkal trunkus pulmonalis terdapat katup pulmonalis yang terdiri dari 3 daun katup yang terbuka bila ventrikel kanan berkontraksi dan menutup bila ventrikel kanan relaksasi, sehingga memungkinkan darah mengalir dari ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis.
Katup Bikuspid (Bikuspidalis).
Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari atrium kiri menuju ventrikel kiri. Seperti katup trikuspid, katup bikuspid menutup pada saat kontraksi ventrikel. Katup bikuspid terdiri dari dua daun katup.
Katup Aorta. Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada pangkal aorta. Katup ini akan membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi sehingga darah akan mengalir keseluruh tubuh. Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi, sehingga mencegah darah masuk kembali kedalam ventrikel kiri.
Dan mengenai fisiologi jantung itu terdiri dari :
Jantung adalah salah satu organ penting dalam tubuh kita. Fungsi jantung secara umum adalah bekerja sebagai pompa. Fungsi pompa ini adalah kaitannya dengan sistem peredaran tubuh sehingga ketika jantung bekerja untuk dan dalam rangka memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh kita.
Jantung adalah sebuah pompa yang memiliki empat bilik. Dua bilik yang terletak di atas disebut Atrium, dan dua yang di bawah disebut Ventrikel.
Jantung juga dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kanan yang bertugas memompa darah ke paru-paru, dan bagian kiri yang bertugas memompa darah ke seluruh tubuh manusia.
Atrium dan ventrikel masing-masing akan dipisahkan oleh sebuah katup, sedangkan sisi kanan dan kiri jantung akan dipisahkan oleh sebuah sekat yang dinamakan dengan septum.
Katup jantung berfungsi terutama agar darah yang telah terpompa tidak kembali masuk ke dalam lagi.
Anatomi Fisiologi Jantung
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri otot. Cara bekerjanya menyerupai otot polos yaitu di luar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom).
Kerja Fungsi jantung adalah mengatur distribusi darah ke seluruh bagian tubuh. Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, besarnya kurang lebih sebesar kepalan tangan pemiliknya. Bagian atasnya tumpul (pangkal jantung) dan disebut juga basis kordis. Di sebelah bawah agak runcing yang disebut apeks kordis.
Letak jantung di dalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, diatas diafragma, dan pangkalnya terdapat di belakang kiri antara kosta V dan VI dua jari di bawah papilla mamae.
Pada tempat ini teraba adanya denyutan jantung yang disebut iktus kordis. Ukurannya kurang lebih sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram.
Lapisan Jantung
Dinding jantung terutama terdiri dari serat-serat otot jantung yang tersusun secara spiral dan saling berhubungan melalui diskus interkalatus
Lapisan jantung itu sendiri terdiri dari Perikardium, Miokardium, dan Endokardium. Berikut ini penjelasan ketiga lapisan jantung yaitu
Perikardium (Epikardium)
Epi berarti “di atas”, cardia berarti “jantung”, yang mana bagian ini adalah suatu membran tipis di bagian luar yang membungkus jantung. Terdiri dari dua lapisan :
- Perikarduim fibrosum (viseral), merupakan bagian kantong yang membatasi pergerakan jantung terikat di bawah sentrum tendinium diafragma, bersatu dengan pembuluh darah besar merekat pada sternum melalui ligamentum sternoperikardial.
- Perikarduim serosum (parietal), dibagi menjadi dua bagian, yaitu Perikardium parietalis membatasi perikarduim fibrosum sering disebut epikardium, dan Perikarduim fiseral yang mengandung sedikit cairan yang berfungsi sebagai pelumas untuk mempermudah pergerakan jantung.
Myo berarti "otot", merupakan lapisan tengah yang terdiri dari otot jantung, membentuk sebagian besar dinding jantung. Serat-serat otot ini tersusun secara spiral dan melingkari jantung. Lapisan otot ini yang akan menerima darah dari arteri koroner.
Endokardium
Endo berarti "di dalam", adalah lapisan tipis endothelium, suatu jaringan epitel unik yang melapisi bagian dalam seluruh sistem sirkulasi peredaran darah
Ruang-Ruang Jantung
Berbicara mengenai anatomi jantung maka organ jantung terdiri atas 4 ruang, yaitu 2 ruang yang berdinding tipis disebut dengan atrium (serambi), dan 2 ruang yang berdinding tebal yang disebut dengan ventrikel (bilik).
Atrium dan ventrikel jantung ini masing-masing akan dipisahkan oleh sebuah katup, sedangkan sisi kanan dan kiri jantung akan dipisahkan oleh sebuah sekat yang dinamakan dengan septum.
Septum atau sekat ini adalah suatu partisi otot kontinue yang mencegah percampuran darah dari kedua sisi jantung.
Pemisahan ini sangat penting karena separuh jantung kanan menerima dan juga memompa darah yang mengandung oksigen rendah sedangkan sisi jantung sebelah kiri adalah berfungsi untuk memompa darah yang mengandung oksigen tinggi.
Jantung terdiri dari beberapa ruang jantung yaitu atrium dan ventrikel yang masing-masing dari ruang jantung tersebut dibagi menjadi dua yaitu atrium kanan kiri, serta ventrikel kiri dan kanan.
Atrium
Berikut fungsi dari masing-masing atrium jantung tersebut yaitu :
- Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan (reservoir) darah yang rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena kava superior, vena kava inferior, serta sinus koronarius yang berasal dari jantung sendiri. Kemudian darah dipompakan ke ventrikel kanan dan selanjutnya ke paru. Atrium kanan menerima darah de-oksigen dari tubuh melalui vena kava superior (kepala dan tubuh bagian atas) dan inferior vena kava (kaki dan dada lebih rendah). Simpul sinoatrial mengirimkan impuls yang menyebabkan jaringan otot jantung dari atrium berkontraksi dengan cara yang terkoordinasi seperti gelombang. Katup trikuspid yang memisahkan atrium kanan dari ventrikel kanan, akan terbuka untuk membiarkan darah de-oksigen dikumpulkan di atrium kanan mengalir ke ventrikel kanan
- Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri dan selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta. Atrium kiri menerima darah beroksigen dari paru-paru melalui vena paru-paru. Sebagai kontraksi dipicu oleh node sinoatrial kemajuan melalui atrium, darah melewati katup mitral ke ventrikel kiri
Berikut adalah fungsi ventrikel yaitu :
- Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis. Ventrikel kanan menerima darah de-oksigen sebagai kontrak atrium kanan. Katup paru menuju ke arteri paru tertutup, memungkinkan untuk mengisi ventrikel dengan darah. Setelah ventrikel penuh, mereka kontrak. Sebagai kontrak ventrikel kanan, menutup katup trikuspid dan katup paru terbuka. Penutupan katup trikuspid mencegah darah dari dukungan ke atrium kanan dan pembukaan katup paru memungkinkan darah mengalir ke arteri pulmonalis menuju paru-paru.
- Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan ke seluruh tubuh melalui aorta. Ventrikel kiri menerima darah yang mengandung oksigen sebagai kontrak atrium kiri. Darah melewati katup mitral ke ventrikel kiri. Katup aorta menuju aorta tertutup, memungkinkan untuk mengisi ventrikel dengan darah. Setelah ventrikel penuh, dan berkontraksi. Sebagai kontrak ventrikel kiri, menutup katup mitral dan katup aorta terbuka. Penutupan katup mitral mencegah darah dari dukungan ke atrium kiri dan pembukaan katup aorta memungkinkan darah mengalir ke aorta dan mengalir ke seluruh tubuh.
Siklus Jantung Dan Sistem Peredaran Darah Jantung
Siklus jantung termasuk dalam bagian dari fisiologi jantung itu sendiri. Jantung ketika bekerja secara berselang-seling berkontraksi untuk mengosongkan isi jantung dan juga berelaksasi dalam rangka mengisi darah kembali. S
iklus jantung terdiri atas periode sistol (kontraksi dan pengosongan isi) dan juga periode diastol (relaksasi dan pengisian jantung).
Atrium dan ventrikel mengalami siklus sistol dan diastol terpisah. Kontraksi terjadi akibat penyebaran eksitasi (mekanisme listrik jantung) ke seluruh jantung. Sedangkan relaksasi timbul setelah repolarisasi atau tahapan relaksasi dari otot jantung.
Peredaran Darah Jantung.
Peredaran jantung itu terdiri dari peredaran darah besar dan juga peredaran darah kecil. Darah yang kembali dari sirkulasi sistemik (dari seluruh tubuh) masuk ke atrium kanan melalui vena besar yang dikenal sebagai vena kava.
Darah yang masuk ke atrium kanan berasal dari jaringan tubuh, telah diambil O2-nya dan ditambahi dengan CO2.
Darah yang miskin akan oksigen tersebut mengalir dari atrium kanan melalui katup ke ventrikel kanan, yang memompanya keluar melalui arteri pulmonalis ke paru. Dengan demikian, sisi kanan jantung memompa darah yang miskin oksigen ke sirkulasi paru.
Di dalam paru, darah akan kehilangan CO2-nya dan menyerap O2 segar sebelum dikembalikan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis.
Darah kaya oksigen yang kembali ke atrium kiri ini kemudian mengalir ke dalam ventrikel kiri, bilik pompa yang memompa atau mendorong darah ke semus sistim tubuh kecuali paru.
Jadi, sisi kiri jantung memompa darah yang kaya akan O2 ke dalam sirkulasi sistemik. Arteri besar yang membawa darah menjauhi ventrikel kiri adalah aorta. Aorta bercabang menjadi arteri besar dan mendarahi berbagai jaringan tubuh.
Katup-Katup Jantung.
Katub jantung ini terdiri dari 4 yaitu :
Katup Trikuspidalis
Katup trikuspidalis berada diantara atrium kanan dan ventrikel kanan. Bila katup ini terbuka, maka darah akan mengalir dari atrium kanan menuju ventrikel kanan. Katup trikuspid berfungsi mencegah kembalinya aliran darah menuju atrium kanan dengan cara menutup pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai dengan namanya, katup trikuspid terdiri dari 3 daun katup.
Katup Pulmonal
Setelah katup trikuspid tertutup, darah akan mengalir dari dalam ventrikel kanan melalui trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis bercabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri yang akan berhubungan dengan jaringan paru kanan dan kiri. Pada pangkal trunkus pulmonalis terdapat katup pulmonalis yang terdiri dari 3 daun katup yang terbuka bila ventrikel kanan berkontraksi dan menutup bila ventrikel kanan relaksasi, sehingga memungkinkan darah mengalir dari ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis.
Katup Bikuspid (Bikuspidalis).
Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari atrium kiri menuju ventrikel kiri. Seperti katup trikuspid, katup bikuspid menutup pada saat kontraksi ventrikel. Katup bikuspid terdiri dari dua daun katup.
Katup Aorta. Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada pangkal aorta. Katup ini akan membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi sehingga darah akan mengalir keseluruh tubuh. Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi, sehingga mencegah darah masuk kembali kedalam ventrikel kiri.
Dan mengenai fisiologi jantung itu terdiri dari :
- Sistem pengaturan jantung.
- Sistem kelistrikan jantung.
- Siklus jantung.
- Bunyi jantung.
- Curah jantung.
senam diabetes
Upaya penanganan untuk pasien DM atau diabetes melitus agar mencegah terjadinya komplikasi yaitu pola teratur pasien DM untuk melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga, sebab dengan berolahraga dapat menjaga kebugaran tubuh, menurunkan berat badan serta dapat memperbaiki sensitivitas insulin dan dapat pula memperbaiki kadar gula dalam darah sehingga pasien DM sangat disarankan untuk berolahraga paling tidak 3 kali sepekan selama 30 menit. Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga aerobik seperti jalan kaki, bersepeda, berjogging serta berenang, namun olahraga disesuaikan dengan umur dan status kebugaran jasmani individu, jika pasien DM yang masih sehat saja, intensitas olahraganya dapat pula ditingkatkan, namun jika pasien tersebut mengalami banyak komplikasi harap olahraganya dikurangi.
Namun Ada juga aktifitas fisik yang disarankan oleh pasien DM yaitu gerakan senam kaki diabetes, fungsi senam ini diharapkan komplikasi yang terjadi pada kaki pasien DM seperti luka infeksi yang tidak kunjung sembuh serta menyebar luar akan dapat tidak terjadi, gerakan senam ini sangat mudah sekali dilakukan baik didalam maupun diluar ruangan serta waktu yang dilakukan untuk olahraga ini juga tidak begitu lama hanya sekitar 15-30 menit dan tidak memerlukan peralatan yang rumit namun anda hanya bisa menggunakan kursi dan sehelai koran bekas.
Seperti yang dilansir lkc.or.id, Berikut gerakan senam kaki bagi pasien diabetes melitus :
#1 Bisa dilakukan dalam posisi duduk tegak diatas bangku dan kaki menyentuh kelantai
#2 Letakkan tumit kaki dilantai, jari-jari dari kedua belah kaki diluruskan keatas kemudian dibengkokkan kembali kebawah seperti halnya cakar ayam, minimal 10 kali gerakan
#3 Letakkan salah satu tumit kaki dilantai, angkatlah telapak kaki ke atas lalu pada kaki lainnya, jari-jari pada kaki diletakkan kelantai dengan tumit kaki yang diangkatkan keatas, cara seperti ini dilakukan secara bersamaan yakni pada kaki kiri dan juga kanan secara bergantian serta diulangi sebanyak 10 kali.
#4 Letakkan tumit kaki kelantai, yang dimana bagian ujung kaki diangkat keatas serta buat gerakan-gerakan memutar dengan pergerakan di pergelangan kaki, 10 kali putaran
#5 Letakkan jari-jari kelantai, lalu tumit diangkat dan buatlah gerakan memutar dengan pergelangan kaki, 10 kali putaran
#6 Angkatlah salah satu lutut kaki lalu luruskan , kemudian gerakkan jari-jari kedepan lalu turunkan kembali secara bergantian kekiri dan kekanan, lakukan sebanyak 10 kali.
#7 Luruskanlah salah satu kaki kelantai lalu angkat kaki dan gerakkan ujung jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali.
#8 Angkatlah kedua kaki, luruskan, ulangi, lakukan sebanyak 10 kali
#9 Angkatlah kedua kaki, luruskan , gerakkan pergelangan kaki kebagian depan dan juga belakang.
#10 Luruskanlah salah satu kaki dan angkat, lalu putar pergelangan kaki, kemudian anda lakukan seperti menulis diudara pada kaki anda gerakan angka 0-9 secara bergantian.
#11 Letakkan koran dilantai, lalu anda bisa membentuk koran tersebut seperti bola dengan kedua kaki, lalu buka kembali bentukkan koran tersebut, kemudian robek koran menjadi dua bagian dan satu bagian yang utuh simpan dahulu, satu bagiannya lagi robek kecil-kecil dengan kedua kaki ,setelah itu kumpulkan kembali sobekan koran tersebut dan letakkan pada koran yang masih utuh, bungkus kembali dengan kedua kaki, bentuk menjadi bola kembali.
Itulah 11 gerakan yang sangat bermanfaat bagi penderita diabetes melitus.
Namun Ada juga aktifitas fisik yang disarankan oleh pasien DM yaitu gerakan senam kaki diabetes, fungsi senam ini diharapkan komplikasi yang terjadi pada kaki pasien DM seperti luka infeksi yang tidak kunjung sembuh serta menyebar luar akan dapat tidak terjadi, gerakan senam ini sangat mudah sekali dilakukan baik didalam maupun diluar ruangan serta waktu yang dilakukan untuk olahraga ini juga tidak begitu lama hanya sekitar 15-30 menit dan tidak memerlukan peralatan yang rumit namun anda hanya bisa menggunakan kursi dan sehelai koran bekas.
senam kaki (c) shofiatussholihah.blogspot.com |
#1 Bisa dilakukan dalam posisi duduk tegak diatas bangku dan kaki menyentuh kelantai
#2 Letakkan tumit kaki dilantai, jari-jari dari kedua belah kaki diluruskan keatas kemudian dibengkokkan kembali kebawah seperti halnya cakar ayam, minimal 10 kali gerakan
#3 Letakkan salah satu tumit kaki dilantai, angkatlah telapak kaki ke atas lalu pada kaki lainnya, jari-jari pada kaki diletakkan kelantai dengan tumit kaki yang diangkatkan keatas, cara seperti ini dilakukan secara bersamaan yakni pada kaki kiri dan juga kanan secara bergantian serta diulangi sebanyak 10 kali.
#4 Letakkan tumit kaki kelantai, yang dimana bagian ujung kaki diangkat keatas serta buat gerakan-gerakan memutar dengan pergerakan di pergelangan kaki, 10 kali putaran
#5 Letakkan jari-jari kelantai, lalu tumit diangkat dan buatlah gerakan memutar dengan pergelangan kaki, 10 kali putaran
#6 Angkatlah salah satu lutut kaki lalu luruskan , kemudian gerakkan jari-jari kedepan lalu turunkan kembali secara bergantian kekiri dan kekanan, lakukan sebanyak 10 kali.
#7 Luruskanlah salah satu kaki kelantai lalu angkat kaki dan gerakkan ujung jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali.
#8 Angkatlah kedua kaki, luruskan, ulangi, lakukan sebanyak 10 kali
#9 Angkatlah kedua kaki, luruskan , gerakkan pergelangan kaki kebagian depan dan juga belakang.
#10 Luruskanlah salah satu kaki dan angkat, lalu putar pergelangan kaki, kemudian anda lakukan seperti menulis diudara pada kaki anda gerakan angka 0-9 secara bergantian.
#11 Letakkan koran dilantai, lalu anda bisa membentuk koran tersebut seperti bola dengan kedua kaki, lalu buka kembali bentukkan koran tersebut, kemudian robek koran menjadi dua bagian dan satu bagian yang utuh simpan dahulu, satu bagiannya lagi robek kecil-kecil dengan kedua kaki ,setelah itu kumpulkan kembali sobekan koran tersebut dan letakkan pada koran yang masih utuh, bungkus kembali dengan kedua kaki, bentuk menjadi bola kembali.
Itulah 11 gerakan yang sangat bermanfaat bagi penderita diabetes melitus.
Pmx head to toe
PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan
klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh
pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat
dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan
membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian
kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti
test neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis
dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin
menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan
penyebab tersebut.
Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian
kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam
prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Konsep Teori
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada
setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan
memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan
fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan
respon terhadap terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005)
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara
keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh
data yang sistematif dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa,
menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien.
( Dewi Sartika, 2010)
Adapun teknik-teknik pemeriksaan fisik yang digunakan adalah:
1. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran
dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu pasien. Suatu
gambaran atau kesan umum mengenai keadaan kesehatan yang di bentuk. Pemeriksaan
kemudian maju ke suatu inspeksi local yang berfokus pada suatu system tunggal
atau bagian dan biasanya mengguankan alat khusus seperto optalomoskop, otoskop,
speculum dan lain-lain. (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997) Inspeksi adalah
pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa
melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar). (Dewi Sartika, 2010)
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk,
posisi, kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/pembengkakan.setelah inspeksi perlu
dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh
lainnya.
2. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan meletakkan
tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan. Laura A.Talbot dan Mary
Meyers, 1997)
Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba
; tangan dan jari-jari, untuk mendeterminasi ciri2 jaringan atau organ seperti:
temperatur, keelastisan, bentuk, ukuran, kelembaban dan penonjolan.(Dewi
Sartika,2010)
Hal yang di deteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan,
vibrasi, pertumbuhan atau massa, edema, krepitasi dan sensasi.
3. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh unutk
menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam membantu penentuan densitas,
lokasi, dan posisi struktur di bawahnya.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers,
1997)
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian
permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya
(kiri/kanan) dengan menghasilkan suara, yang bertujuan untuk mengidentifikasi
batas/ lokasi dan konsistensi jaringan. Dewi Sartika, 2010)
4. Auskultasi
Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh
bermacam-macam organ dan jaringan tubuh.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers,
1997)
Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan
cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat
yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung,
suara nafas, dan bising usus.(Dewi Sartika, 2010)
Dalam melakukan pemeriksaan fisik, ada prinsip-prinsip
yang harus di perhatikan, yaitu sebagai berikut:
a. Kontrol infeksi
Meliputi mencuci tangan, memasang sarung tangan steril, memasang
masker, dan membantu klien mengenakan baju periksa jika ada.
b. Kontrol lingkungan
Yaitu memastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup
penerangan untuk melakukan pemeriksaan fisik baik bagi klien maupun bagi
pemeriksa itu sendiri. Misalnya menutup pintu/jendala atau skerem untuk menjaga
privacy klien
1. Komunikasi (penjelasan prosedur)
2. Privacy dan kenyamanan klien
3. Sistematis dan konsisten ( head to toe, dr
eksternal ke internal, dr normal ke abN)
4. Berada di sisi kanan klien
5. Efisiensi
6. Dokumentasi
2.2. Tujuan Pemeriksaan Fisik
Secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan:
1.
Untuk mengumpulkan
data dasar tentang kesehatan klien.
2.
Untuk menambah,
mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat keperawatan.
3.
Untuk mengkonfirmasi
dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
4.
Untuk membuat
penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan penatalaksanaan.
5.
Untuk mengevaluasi
hasil fisiologis dari asuhan.
Namun demikian, masing-masing pemeriksaan juga memiliki tujuan
tertentu yang akan di jelaskan nanti di setiap bagian tibug yang akan di
lakukan pemeriksaan fisik.
2.3. Manfaat Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat sendiri, maupun bagi profesi
kesehatan lain, diantaranya:
1.
Sebagai data untuk
membantu perawat dalam menegakkan diagnose keperawatan.
2.
Mengetahui masalah
kesehatan yang di alami klien.
3.
Sebagai dasar
untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat
4.
Sebagai data untuk
mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan
2.4. Indikasi
Mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama pada:
1.
klien yang baru masuk
ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat.
2.
Secara rutin pada klien
yang sedang di rawat.
3.
Sewaktu-waktu sesuai
kebutuhan klien
2.5. Prosedur pemeriksaan fisik
Persiapan
a. Alat
Meteran, Timbangan BB, Penlight, Steteskop, Tensimeter/spighnomanometer,
Thermometer, Arloji/stopwatch, Refleks Hammer, Otoskop, Handschoon bersih (
jika perlu), tissue, buku catatan perawat.
Alat diletakkan di dekat tempat tidur klien yang akan di
periksa.
b. Lingkungan
Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan. Misalnya
menutup pintu/jendala atau skerem untuk menjaga privacy klien
c. Klien (fisik dan fisiologis)
Bantu klien mengenakan baju periksa jika ada dan anjurkan klien
untuk rileks.
A) Prosedur Pemeriksaan
1.
Cuci
tangan
2.
Jelaskan
prosedur
3.
Lakukan
pemeriksaan dengan berdiri di sebelah kanan klien dan pasang handschoen bila di
perlukan
4.
Pemeriksaan
umum meliputi : penampilan umum, status mental dan nutrisi.
Posisi klien : duduk/berbaring
Cara : inspeksi
1.
Kesadaran, tingkah
laku, ekspresi wajah, mood. (Normal : Kesadaran penuh, Ekspresi sesuai, tidak
ada menahan nyeri/ sulit bernafas)
2.
Tanda-tanda stress/
kecemasan (Normal :)Relaks, tidak ada tanda-tanda cemas/takut)
3.
Jenis kelamin
4.
Usia dan Gender
5.
Tahapan perkembangan
6.
TB, BB ( Normal : BMI
dalam batas normal)
7.
Kebersihan Personal
(Normal : Bersih dan tidak bau)
8.
Cara berpakaian
(Normal : Benar/ tidak terbalik)
9.
Postur dan cara
berjalan
10.
Bentuk dan ukuran
tubuh
11.
Cara bicara. (Relaks,
lancer, tidak gugup)
12.
Evaluasi dengan
membandingkan dengan keadaan normal.
13.
Dokumentasikan hasil
pemeriksaan
B) Pengukuran tanda vital (Dibahas kelompok 2 lebih dalam)
Posisi klien : duduk/ berbaring
1.
Suhu tubuh (Normal :
36,5-37,50c)
2.
Tekanan darah (Normal
: 120/80 mmHg)
3.
Nadi
a) Frekuensi = Normal : 60-100x/menit ;
Takikardia: >100 ; Bradikardia: <6 span="">
b) Keteraturan= Normal : teratur
c) Kekuatan= 0: Tidak ada denyutan;
1+:denyutan kurang teraba; 2+: Denyutan
mudah teraba,
tak mudah lenyap; 3+: denyutan kuat dan mudah teraba
4. Pernafasan
a) Frekuensi: Normal= 15-20x /menit;
>20: Takipnea; <15 bradipnea="" span="">
b) Keteraturan= Normal : teratur
c) Kedalaman: dalam/dangkal
d) Penggunaan otot bantu pernafasan:
Normal : tidak ada
setelah diadakan
pemeriksaan tanda-tanda vital evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan
keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang
didapat.
C) Pemeriksaan kulit dan kuku
Tujuan
1)
Mengetahui kondisi kulit dan kuku
2)
Mengetahui perubahan oksigenasi, sirkulasi, kerusakan jaringan setempat, dan
hidrasi.
Persiapan
1) Posisi
klien: duduk/ berbaring
2)
Pencahayaan yang cukup/lampu
3)
Sarung tangan (utuk lesi basah dan berair)
Prosedur Pelaksanaan
a. Pemeriksaan kulit\
· Inspeksi : kebersihan, warna, pigmentasi,lesi/perlukaan, pucat,
sianosis, dan ikterik.
Normal: kulit tidak ada ikterik/pucat/sianosis.
· Palpasi : kelembapan, suhu permukaan kulit, tekstur, ketebalan, turgor
kulit, dan edema.
Normal: lembab, turgor baik/elastic, tidak ada edema.
setelah diadakan pemeriksaan kulit dan kuku evaluasi hasil yang
di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
b. Pemeriksaan kuku
· Inspeksi : kebersihan, bentuk, dan warna kuku
Normal: bersih, bentuk normaltidak ada tanda-tanda jari tabuh
(clubbing finger), tidak ikterik/sianosis.
· Palpasi : ketebalan kuku dan capillary refile ( pengisian kapiler
).
Normal: aliran darah kuku akan kembali < 3 detik.
setelah diadakan pemeriksaan kuku evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat tersebut.
c. Pemeriksaan kepala, wajah, mata, telinga,
hidung, mulut dan leher
Posisi klien : duduk , untuk pemeriksaan wajah sampai
dengan leher perawat
berhadapan dengan klien
D) Pemeriksaan kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan
leher
1. Pemeriksaan kepala
Tujuan
a)
Mengetahui bentuk dan fungsi kepala
b)
Mengetahui kelainan yang terdapat di kepala
Persiapan alat
a) Lampu
b) Sarung
tangan (jika di duga terdapat lesi atau luka)
Prosedur Pelaksanaan
· Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya lesi
atau tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala, warna, rambut, jumlah dan
distribusi rambut.
Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan
tanda-tanda kekurangan gizi(rambut jagung dan kering)
· Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur rambut.
· Normal: tidak ada penonjolan /pembengkakan,
rambut lebat dan kuat/tidak rapuh.
setelah diadakan pemeriksaan kepala evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat.
2. Pemeriksaan wajah
· Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan.
Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak
pucat/ikterik, simetris.
· Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang
· Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema.
setelah diadakan pemeriksaan wajah evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat tersebut.
3. Pemeriksaan mata
Tujuan
a) Mengetahui
bentuk dan fungsi mata
b) Mengetahui
adanya kelainan pada mata.
Persiapan alat
a) Senter Kecil
b) Surat kabar atau
majalah
c) Kartu
Snellen
d) Penutup Mata
e) Sarung tangan
Prosedur Pelaksanaan
· Inspeksi: bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak
mata, kesimestrisan, bola mata, warna konjunctiva dan sclera (anemis/ikterik),
penggunaan kacamata / lensa kontak, dan respon terhadap cahaya.
Normal: simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna
konjungtiva pink, dan sclera berwarna putih.
Tes Ketajaman Penglihatan
Ketajaman penglihatan seseorang mungkin berbeda dengan orang lain. Tajam
penglihatan tersebut merupakan derajad persepsi deteil dan kontour beda. Visus
tersebut dibagi dua yaitu:
1). Visus sentralis.
Visus sentralis ini dibagi dua yaitu visus sentralis jauh dan visus sentralis
dekat.
a. visus centralis jauh merupakan ketajaman
penglihatan untuk melihat benda benda yang letaknya jauh. Pada keadaan ini mata
tidak melakukan akomodasi. (EM. Sutrisna, dkk, hal 21).
b. virus centralis dekat yang merupakan ketajaman
penglihatan untuk melihat benda benda dekat misalnya membaca, menulis dan lain
lain. Pada keadaan ini mata harus akomodasi supaya bayangan benda tepat jatuh
di retina. (EM. Sutrisna, dkk, hal 21).
2). Visus perifer
Pada visus ini menggambarkan luasnya medan penglihatan dan diperiksa dengan
perimeter. Fungsi dari visus perifer adalah untuk mengenal tempat suatu benda
terhadap sekitarnya dan pertahanan tubuh dengan reaksi menghindar jika ada
bahaya dari samping. Dalam klinis visus sentralis jauh tersebut diukur dengan
menggunakan grafik huruf Snellen yang dilihat pada jarak 20 feet atau sekitar 6
meter. Jika hasil pemeriksaan tersebut visusnya e”20/20 maka tajam
penglihatannya dikatakan normal dan jika Visus <20 adalah=""
anomaly="" bermacam="" dikatakan="" kelainan=""
kurang="" macam="" maka=""
peglihatan="" pembiasan.="" penglihatanya=""
penurunan="" penyebab="" refraksi=""
salah="" satunya="" seseorang=""
span="" tajam="">
prosedur pemeriksaan visus dengan menggunakan peta snellen
yaitu:
·
Memperkenalkan diri
dan menjelaskan maksud tujuan pemeriksaan.
·
Meminta pasien duduk
menghadap kartu Snellen dengan jarak 6 meter.
·
Memberikan penjelasan
apa yang harus dilakukan (pasien diminta mengucapkan apa yang akan ditunjuk di
kartu Snellen) dengan menutup salah satu mata dengan tangannya tanpa ditekan
(mata kiri ditutup dulu).
·
Pemeriksaan dilakukan
dengan meminta pasien menyebutkan simbol di kartu Snellen dari kiri ke kanan,
atas ke bawah.
·
Jika pasien tidak bisa
melihat satu simbol maka diulangi lagi dari barisan atas. Jika tetap maka nilai
visus oculi dextra = barisan atas/6.
·
Jika pasien dari awal
tidak dapat membaca simbol di Snellen chart maka pasien diminta untuk membaca
hitungan jari dimulai jarak 1 meter kemudian mundur. Nilai visus oculi dextra =
jarak pasien masih bisa membaca hitungan/60.
·
Jika pasien juga tidak
bisa membaca hitungan jari maka pasien diminta untuk melihat adanya gerakan
tangan pemeriksa pada jarak 1 meter (Nilai visus oculi dextranya 1/300).
·
Jika pasien juga tetap
tidak bisa melihat adanya gerakan tangan, maka pasien diminta untuk menunjukkan
ada atau tidaknya sinar dan arah sinar (Nilai visus oculi dextra 1/tidak
hingga). Pada keadaan tidak mengetahui cahaya nilai visus oculi dextranya nol.
·
Pemeriksaan
dilanjutkan dengan menilai visus oculi sinistra dengan cara yang sama.
·
Melaporkan hasil visus
oculi sinistra dan dextra. (Pada pasien vos/vodnya “x/y” artinya mata kanan
pasien dapat melihat sejauh x meter, sedangkan orang normal dapat melihat
sejauh y meter.
Pemeriksaan Pergerakan Bola Mata
Pemeriksaan pergeraka bola mata dilakukan dengan cara
Cover-Uncover Test / Tes Tutup-Buka Mata
Tujuannya adalah
untuk mengidentifikasi adanya Heterophoria.
Heterophoria berhubungan dengan kelainan posisi bola mata,
dimana terdapat penyimpangan posisi bolamata yang disebabkan adanya gangguan
keseimbangan otot-otot bolamata yang sifatnya tersembunyi atau latent. Ini
berarti mata itu cenderung untuk menyimpang atau juling, namun tidak nyata
terlihat.
Pada phoria, otot-otot ekstrinsik atau otot luar bola mata
berusaha lebih tegang atau kuat untuk menjaga posisi kedua mata tetap sejajar.
Sehingga rangsangan untuk berfusi atau menyatu inilah menjadi faktor utama yang
membuat otot -otot tersebut berusaha extra atau lebih, yang pada akhirnya
menjadi beban bagi otot-otot tersebut, wal hasil akan timbul rasa kurang nyaman
atau Asthenopia.
Dasar pemeriksaan Cover-Uncover Test / Tes Tutup-Buka Mata :
·
Pada orang yang
Heterophoria maka apabila fusi kedua mata diganggu (menutup salah satu matanya
dengan penutup/occluder, atau dipasangkan suatu filter), maka deviasi atau
peyimpangan laten atau tersembunyi akan terlihat.
·
Pemeriksa memberi
perhatian kepada mata yang berada dibelakang penutup.
·
Sewaktu tutup di buka,
bila terlihat adanya gerakan dari luar (temporal) kearah dalam (nasal) pada
mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat kelainan EXOPHORIA.
·
Sewaktu tutup di buka,
bila terlihat adanya gerakan dari dalam (nasal) luar kearah
(temporal)pada mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat kelainanESOPHORIA.
·
Sewaktu tutup di buka,
bila terlihat adanya gerakan dari atas (superior) kearah bawah (inferior) pada
mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat kelainanHYPERPHORIA.
·
Sewaktu tutup di buka,
bila terlihat adanya gerakan dari bawah (inferior) kearah atas (superior)
pada mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat kelainan HYPORPHORIA.
Alat/sarana yang dipakai:
·
Titik/lampu untuk
fiksasi
·
Jarak pemeriksaan :
o
Jauh : 20
feet (6 Meter)
o
Dekat : 14 Inch (35
Cm)
·
Penutup/Occluder
Prosedur Pemeriksaan :
1.
Minta pasien untuk
selalu melihat dan memperhatikan titik fiksasi, jika objek jauh kurang jelas,
maka gunakan kacamata koreksinya.
2.
Pemeriksa menempatkan
dirinya di depan pasien sedemikian rupa, sehingga apabila terjadi gerakan
dari mata yang barusa saja ditutup dapat di lihat dengan jelas atau di deteksi
dengan jelas.
3.
Perhatian dan
konsentrasi pemeriksa selalu pada mata yang ditutup.
4.
Sewaktu tutup di buka,
bila terlihat adanya gerakan dari luar (temporal) kearah dalam (nasal) pada
mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat kelainanEXOPHORIA. Exophoria
dinyatakan dengan inisial = X (gambar D)
5.
Sewaktu tutup di buka,
bila terlihat adanya gerakan dari dalam (nasal) luar kearah
(temporal)pada mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat kelainanESOPHORIA. Esophoria
dinyatakan dengan inisial = E (gambar C)
6.
Sewaktu tutup di buka,
bila terlihat adanya gerakan dari atas (superior) kearah bawah
(inferior)) pada mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat kelainanHYPERPHORIA. Hyperphoria
dinyatakan dengan inisial = X (gambar E)
7.
Sewaktu tutup di buka,
bila terlihat adanya gerakan dari bawah (inferior) kearah atas (superior) pada
mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat kelainanHYPOPHORIA. Hypophoria
dinyatakan dengan inisial = X (gambar F)
8.
Untuk mendeteksi
Heterophoria yang kecil, seringkali kita tidak dapat mengenali adanya suatu
gerakan, seolah kondisi mata tetap di tempat. Untuk itu metode ini sering kita
ikuti dengan metode tutup mata bergantian (Alternating Cover Test).
Setelah diadakan pemeriksaan mata evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat tersebut.
4. Pemeriksaan telinga
Tujuan
Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang
telinga, dan fungsi pendengaran.
Persiapan Alat
a) Arloji berjarum
detik
b) Garpu tala
c) Speculum
telinga
d) Lampu kepala
Prosedur Pelaksanaan
· Inspeksi : bentuk dan
ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi telinga, warna, liang telinga
(cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu dengar..
Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus,
warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan alat bantu
dengar.
· Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus
Normal: tidak ada nyeri tekan.
setelah diadakan pemeriksaan telinga evaluasi hasil yang di
dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
Pemeriksaaan Telinga Dengan Menggunakan Garpu Tala
a. Pemeriksaan Rinne
1. Pegang agrpu tala pada tangkainya dan pukulkan
ke telapak atau buku jari tangan yang berlawanan.
2. Letakkan tangkai garpu tala pada prosesus
mastoideus klien.
3. Anjurkan klien untuk memberi tahu pemeriksa
jika ia tidak merasakan getaran lagi.
4. Angkat garpu tala dan dengan cepat tempatkan
di depan lubang telinga klien 1-2 cm dengan posisi garpu tala parallel terhadap
lubang telinga luar klien.
5. Instruksikan klien untuk member tahu
apakah ia masih mendengarkan suara atau tidak.
6. Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut.
b. Pemeriksaan Webber
1. Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan
ke telapak atau buku jari yang berlawanan.
2. Letakkan tangkai garpu tala di tengah puncak
kepala klien .
3. Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar
sama jelas pada kedua telinga atau lebih jelas pada salah satu telinga.
4. Catat hasil pemeriksaan dengan pendengaran
tersebut
5 Pemeriksan hidung dan sinus
Tujuan
a) Mengetahui bentuk
dan fungsi hidung
b) Menentukan
kesimetrisan struktur dan adanya inflamasi atau infeksi
Persiapan Alat
a) Spekulum hidung
b) Senter kecil
c) Lampu
penerang
d) Sarung tangan
(jika perlu)
Prosedur Pelaksanaan
· Inspeksi : hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna, kesimetrisan),
rongga, hidung ( lesi, sekret, sumbatan, pendarahan), hidung internal
(kemerahan, lesi, tanda2 infeksi)
Normal: simetris kika, warna sama dengan warna kulit lain, tidak
ada lesi, tidak ada sumbatan, perdarahan dan tanda-tanda infeksi.
· Palpasi dan Perkusi frontalis dan, maksilaris (bengkak,
nyeri, dan septum deviasi)
Normal: tidak ada bengkak dan nyeri tekan.
setelah diadakan pemeriksaan hidung dan sinus evaluasi hasil
yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan
hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
6 Pemeriksaan mulut dan bibir
Tujuan
Mengetahui bentuk kelainan mulut
Persiapan Alat
a) Senter kecil
b) Sudip lidah
c) Sarung
tangan bersih
d) Kasa
Prosedur Pelaksanaan
· Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut dan bibir, tekstur ,
lesi, dan stomatitis.
Normal: warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab, tidak ada
lesi dan stomatitis
· Inspeksi dan palpasi strukur
dalam : gigi
lengkap/penggunaan gigi palsu, perdarahan/ radang gusi, kesimetrisan, warna,
posisi lidah, dan keadaan langit2.
· Normal: gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlobang atau
kerusakan gigi, tidak ada perdarahan atau radang gusi, lidah simetris, warna
pink, langit2 utuh dan tidak ada tanda infeksi.
Gigi lengkap pada
orang dewasa berjumlah 36 buah, yang terdiri dari 16 buah di rahang atas dan 16
buah di rahang bawah. Pada anak-anak gigi sudah mulai tumbuh pada usia enam
bulan. Gigi pertama tumbuh dinamakan gigi susu di ikuti tumbuhnya gigi lain
yang disebut gigi sulung. Akhirnya pada usia enam tahun hingga empat belas
tahun, gigi tersebut mulai tanggal dan dig anti gigi tetap.
Pada usia 6 bulan gigi berjumlah 2 buah (dirahang bawah), usia 7-8 bulan
berjumlah 7 buah(2 dirahang atas dan 4 dirahang bawah) , usia 9-11 bulan
berjumlah 8 buah(4 dirahang atas dan 4 dirahang bawah), usia 12-15 bulan gigi
berjumlah 12 buah (6 dirahang atas dan 6 dirahang bawah), usia 16-19 bulan
berjumlah 16 buah (8 dirahang atas dan 8 dirahang bawah), dan pada usia 20-30
bulan berjumlah 20 buah (10 dirahang atas dan 10 dirahang bawah)
setelah diadakan pemeriksaan mulut dan bibir evaluasi hasil yang
di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
7 Pemeriksaan leher
Tujuan
a) Menentukan
struktur integritas leher
b) Mengetahui bentuk
leher serta organ yang berkaitan
c) Memeriksa
system limfatik
Persiapan Alat
Stetoskop
Prosedur Pelaksanaan
· Inspeksi leher: warna integritas, bentuk simetris.
Normal: warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik,
bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjer gondok.
· Inspeksi dan auskultasi arteri karotis: lokasi pulsasi
Normal: arteri
karotis terdengar.
· Inspeksi dan palpasi kelenjer tiroid (nodus/difus, pembesaran,batas,
konsistensi, nyeri, gerakan/perlengketan pada kulit), kelenjer limfe (letak, konsistensi,
nyeri, pembesaran), kelenjer parotis (letak, terlihat/ teraba)
Normal: tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak ada nyeri,
tidak ada pembesaran kel.limfe, tidak ada nyeri.
· Auskultasi : bising pembuluh darah.
Setelah diadakan pemeriksaan leher evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat tersebut.
8 Pemeriksaan dada( dada dan punggung)
Posisi klien: berdiri, duduk dan berbaring
Cara/prosedur:
A) System pernafasan
Tujuan :
a) Mengetahui
bentuk, kesimetrisas, ekspansi, keadaan kulit, dan dinding dada
b) Mengetahui
frekuensi, sifat, irama pernafasan,
c)
Mengetahui adanya nyeri tekan, masa, peradangan, traktil premitus
Persiapan alat
a) Stetoskop
b) Penggaris
centimeter
c) Pensil
penada
Prosedur pelaksanaan
· Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas
(frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya pernafasan/penggunaan otot-otot bantu
pernafasan), warna kulit, lesi, edema, pembengkakan/ penonjolan.
· Normal: simetris, bentuk dan postur normal,
tidak ada tanda-tanda distress pernapasan, warna kulit sama dengan warna kulit
lain, tidak ikterik/sianosis, tidak ada pembengkakan/penonjolan/edema
· Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile
fremitus.
(perawat berdiri dibelakang pasien, instruksikan pasien untuk
mengucapkan angka “tujuh-tujuh” atau “enam-enam” sambil melakukan perabaan
dengan kedua telapak tangan pada punggung pasien.)
Normal: integritas kulit baik, tidak ada nyeri
tekan/massa/tanda-tanda peradangan, ekspansi simetris, taktil vremitus cendrung
sebelah kanan lebih teraba jelas.
· Perkusi: paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan satu sisi
dengan satu sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola berjenjang sisi ke
sisi)
Normal: resonan (“dug dug dug”), jika bagian padat lebih
daripada bagian udara=pekak (“bleg bleg bleg”), jika bagian udara lebih besar
dari bagian padat=hiperesonan (“deng deng deng”), batas jantung=bunyi
rensonan----hilang>>redup.
· Auskultasi: suara nafas, trachea, bronchus, paru. (dengarkan dengan
menggunakan stetoskop di lapang paru kika, di RIC 1 dan 2, di atas manubrium
dan di atas trachea)
Normal: bunyi napas vesikuler, bronchovesikuler, brochial,
tracheal.
Setelah diadakan pemeriksaan dada evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat tersebut.
B) System kardiovaskuler
Tujuan
a) Mengetahui
ketifdak normalan denyut jantung
b) Mengetahui
ukuran dan bentuk jantug secara kasar
c)
Mengetahui bunyi jantung normal dan abnormal
d) Mendeteksi
gangguan kardiovaskuler
Persiapan alat
a) Stetoskop
b) Senter kecil
Prosedur pelaksanaan
· Inspeksi : Muka bibir, konjungtiva, vena jugularis,
arteri karotis
· Palpasi: denyutan
Normal untuk inspeksi dan palpasi: denyutan aorta teraba.
· Perkusi: ukuran, bentuk, dan batas jantung (lakukan dari arah
samping ke tengah dada, dan dari atas ke bawah sampai bunyi redup)
Normal: batas jantung: tidak lebih dari 4,7,10 cm ke arah kiri
dari garis mid sterna, pada RIC 4,5,dan 8.
· Auskultasi: bunyi jantung, arteri karotis. (gunakan bagian diafragma
dan bell dari stetoskop untuk mendengarkan bunyi jantung.
· Normal: terdengar bunyi jantung I/S1 (lub) dan
bunyi jantung II/S2 (dub), tidak ada bunyi jantung tambahan (S3 atau S4).
Setelah diadakan pemeriksaan system kardiovaskuler evaluasi
hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
9 Dada dan aksila
Tujuan
a) Mengetahui
adanya masa atau ketidak teraturan dalam jaringan payudara
b) Mendeteksi
awal adanya kanker payudara
Persiapan alat
a) Sarung
tangan sekali pakai (jika diperlukan)
Prosedur pelaksanaan
·
Inspeksi
payudara: Integritas kulit
·
Palpasi
payudara: Bentuk, simetris,
ukuran, aerola, putting, dan penyebaran vena
·
Inspeksi
dan palpasi aksila: nyeri,
perbesaran nodus limfe, konsistensi.
Setelah diadakan pemeriksaan dadadan aksila evaluasi hasil yang
di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
10 Pemeriksaan Abdomen (Perut)
Posisi klien: Berbaring
Tujuan
a) Mengetahui betuk
dan gerakan-gerakan perut
b) Mendengarkan suara
peristaltic usus
c) Meneliti
tempat nyeri tekan, organ-organ dalam rongga perut benjolan dalam perut.
Persiapan
a) Posisi klien:
Berbaring
b) Stetoskop
c) Penggaris
kecil
d) Pensil gambar
e) Bntal kecil
f) Pita
pengukur
Prosedur pelaksanaan
·
Inspeksi : kuadran dan simetris, contour, warna
kulit, lesi, scar, ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan
umbilicus, dan gerakan dinding perut.
Normal: simetris kika, warna dengan warna kulit lain, tidak
ikterik tidak terdapat ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus.
·
Auskultasi : suara peristaltik (bising usus) di
semua kuadran (bagian diafragma dari stetoskop) dan suara pembuluh darah dan
friction rub :aorta, a.renalis, a. illiaka (bagian bell).
Normal: suara peristaltic terdengar setiap 5-20x/dtk,
terdengar denyutan arteri renalis, arteri iliaka dan aorta.
·
Perkusi
semua kuadran : mulai dari kuadran
kanan atas bergerak searah jarum jam, perhatikan jika klien merasa nyeri dan
bagaiman kualitas bunyinya.
·
Perkusi
hepar: Batas
·
Perkusi
Limfa: ukuran dan batas
·
Perkusi
ginjal: nyeri
·
Normal:
timpani, bila hepar dan limfa membesar=redup dan apabila banyak cairan = hipertimpani
·
Palpasi
semua kuadran (hepar, limfa, ginjal
kiri dan kanan): massa, karakteristik organ, adanya asistes, nyeri irregular,
lokasi, dan nyeri.dengan cara perawat menghangatkan tangan terlebih dahulu
·
Normal:
tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan penumpukan
cairan
·
Setelah diadakan
pemeriksaan abdomen evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan
keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
11 Pemeriksaan ekstermitas atas (bahu, siku, tangan)
Tujuan :
1.
Memperoleh data dasar
tetang otot, tulang dan persendian
2.
Mengetahui adanya
mobilitas, kekuatan atau adanya gangguan pada bagian-bagian tertentu.
Alat :
1.
Meteran
Posisi klien: Berdiri. duduk
·
Inspeksi
struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan, Integritas ROM, kekuatan dan tonus
otot.
·
Normal:
simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh.
·
Palapasi: denyutan a.brachialis dan a. radialis .
Normal: teraba jelas
Tes reflex :tendon trisep, bisep, dan brachioradialis.
Normal: reflek bisep dan trisep positif
Setelah diadakan pemeriksaan ekstermitas atas evaluasi hasil
yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan
hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
12 Pemeriksaan
ekstermitas bawah (panggul, lutut, pergelangan kaki dan telapak
kaki)
·
Inspeksi
struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan, integritas kulit, posisi dan letak,
ROM, kekuatan dan tonus otot
Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM
aktif, kekuatan otot penuh
·
Palpasi : a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis
pedis: denyutan
Normal: teraba jelas
·
Tes
reflex :tendon patella dan
archilles.
Normal: reflex patella dan archiles positif
·
Setelah diadakan
pemeriksaan ekstermitas bawah evaluasi hasil yang di dapat dengan membandingkan
dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat
tersebut.
13 Pemeriksaan genitalia (alat genital, anus, rectum)
Posisi Klien : Pria berdiri dan wanita litotomy
Tujuan:
1.
Melihat dan mengetahui
organ-organ yang termasuk dalam genetalia.
2.
Mengetahui adanya
abnormalitas pada genetalia, misalnya varises, edema, tumor/ benjolan, infeksi,
luka atau iritasi, pengeluaran cairan atau darah.
3.
Melakukan perawatan
genetalia
4.
Mengetahui kemajuan
proses persalinan pada ibu hamil atau persalinan.
Alat :
1.
Lampu yang dapat
diatur pencahayaannya
2.
Sarung tangan
Pemeriksaan rectum
Tujuan :
1.
Mengetahui kondisi
anus dan rectum
2.
Menentukan adanya masa
atau bentuk tidak teratur dari dinding rektal
3.
Mengetahui intregritas
spingter anal eksternal
4.
Memeriksa kangker
rectal dll
Alat :
1.
Sarung tangan sekali
pakai
2.
Zat pelumas
3.
Penetangan untuk
pemeriksaan
Prosedur Pelaksanaan
1.
Wanita:
· Inspeksi genitalia eksternal: mukosa kulit, integritas kulit, contour
simetris, edema, pengeluaran.
· Normal: bersih, mukosa lembab, integritas
kulit baik, semetris tidak ada edema dan tanda-tanda infeksi (pengeluaran pus
/bau)
· Inspeksi vagina dan servik : integritas kulit, massa, pengeluaran
· Palpasi vagina, uterus dan ovarium: letak ukuran, konsistensi dan, massa
· Pemeriksaan anus dan rectum: feses, nyeri, massa edema, haemoroid,
fistula ani pengeluaran dan perdarahan.
· Normal: tidak ada nyeri, tidak terdapat edema
/ hemoroid/ polip/ tanda-tanda infeksi dan pendarahan.
· Setelah diadakan pemeriksaan di adakan
pemeriksaan genitalia evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan
keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
2. Pria:
· Inspeksi dan palpasi penis: Integritas kulit, massa dan pengeluaran
· Normal: integritas kulit baik, tidak ada masa
atau pembengkakan, tidak ada pengeluaran pus atau darah
· Inspeksi dan palpassi skrotum: integritas kulit, ukuran dan bentuk,
turunan testes dan mobilitas, massa, nyeri dan tonjolan
· Pemeriksaan anus dan rectum : feses, nyeri, massa, edema, hemoroid, fistula
ani, pengeluaran dan perdarahan.
· Normal: tidak ada nyeri , tidak terdapat
edema / hemoroid/ polip/ tanda-tanda infeksi dan pendarahan.
· Setelah diadakan pemeriksaan dadadan genitalia
wanita evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal,
dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
2.6. Evaluasi
Perawat bertanggung jawab untuk asuhan keperawatan yang mereka berikan dengan
mengevaluasi hasil intervensi keperawatan. Keterampilan pengkajian fisik
meningkatkan evaluasi tindakan keperawatan melalui pemantauan hasil asuhan
fisiologis dan perilaku. Keterampilan pengkajian fisik yang sama di gunakan
untuk mengkaji kondisi dapat di gunakan sebagai tindakan evaluasi setelah
asuhan diberikan.
Perawat membuat pengukuran yang akurat, terperinci, dan objektif melalui
pengkajian fisik. Pengukuran tersebut menentukan tercapainya atau tidak hasil
asuhan yang di harapkan. Perawat tidak bergantung sepenuhnya pada intuisi
ketika pengkajian fisik dapat digunakan untuk mengevaluasi keefektifan asuhan.
2.7. Dokumentasi
Perawat dapat memilih untuk mencatat hasil dari pengkajian fisik
pada pemeriksaan atau pada akhir pemeriksaan. Sebagian besar institusi memiliki
format khusus yang mempermudah pencatatan data pemeriksaan. Perawat
meninjau semua hasil sebelum membantu klien berpakaian, untuk
berjaga-jaga seandainya perlu memeriksa kembali informasi atau mendapatkan data
tambahan. Temuan dari pengkajian fisik dimasukkan ke dalam rencana asuhan.
Data di dokumentasikan berdasarkan format SOAPIE, yang hamper
sama dengan langkah-langkah proses keperawatan.
Format SOAPIE, terdiri dari:
1.
Data (riwayat)
Subjektif, yaitu apa yang dilaporkan klien
2.
Data (fisik) Objektif,
yaitu apa yang di observasi, inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi oleh
perawat.
3.
Assessment
(pengkajian) , yaitu diagnose keperawatan dan pernyataan tentang kemajuan atau
kemunduran klien
4.
Plan (Perencanaan),
yaitu rencana perawatan klien
5.
Implementation
(pelaksanaan), yaitu intervensi keperawatan dilakukan berdasarkan rencana
6.
Evaluation (evaluasi),
yaitu tinjauan hasil rencana yang sudah di implementasikan.
Langganan:
Postingan (Atom)